SD GANRANG JAWA 1 KEC. PATTALLASSANG KAB. GOWA SULAWESI SELATAN

kedaibola kedaibola

Senin, 04 Juli 2011

Pendidikan, Wujudkan Bangsa Berkarakter

TAWURAN antarsiswa kini tak lagi kejadian langka di negeri ini. Hampir setiap saat kita menonton ”pertunjukan” yang mencoreng dunia pendidikan di Indonesia. Setip hari kita melihat ”tontonan” yang tak lagi bercirikan identitas bangsa Indonesia. Tak hanya siswa, mahasiswa pun sering melakukan aksi tawuran. Sungguh sangat menyedihkan dan memalukan.

Perkelahian antarsiswa ini makin memuncak saat era reformasi digulirkan tahun 1998. Globalisasi seolah-olah menjadi jawaban dalam mencapai masyarakat yang sejahtera. Pendidikan agama dan budi pekerti dianggap nomor dua. Masyarakat lebih menekankan pada pendidikan eksakta. Seolah-olah semuanya bisa diselesaikan dengan ilmu matematika, pengetahuan alam, dan ilmu ekonomi. Pendidikan yang bersifat humaniora dikesampingkan. Banyak orangtua siswa bahkan berpikir jika pendidikan agama dan humaniora tidak begitu penting dalam menentukan nasib masa depan anak-anaknya.

Akibatnya muncullah kekerasan di mana-mana. Toleransi sudah tak terbangun lagi. Semuanya memunculkan egonya tanpa ingat lagi akan satu bangsa.

Di tengah meningkatnya rasa individualisme tersebut, kini mulai disadari bahwa pendidikan humaniora sangatlah penting. Kementerian Pendidikan Nasional telah menyusun grand design pendidikan karakter bangsa. Ditargetkan, seluruh satuan pendidikan telah mengembangkannya pada 2014. Tak hanya sekolah, perguruan tinggi juga diharapkan menerapkannya. Caranya dapat bermacam-macam. Seperti melalui pendidikan agama dan budaya, termasuk pengadaan kantin kejujuran di sekolah.

Hari Pendidikan Nasional tahun 2010 telah mengangkat tema ”Pendidikan Karakter untuk Membangun Keberadaban Bangsa”. Tema ini diangkat karena dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis.

Pendidikan karakter ini tidak hanya mementingkan kecerdasan siswa, juga tak kalah penting adalah kejernihan hati. Pembelajaran karakter itu memberikan peluang bagi peserta didik untuk multikecerdasan yang mampu mengembangkan sikap-sikap; kejujuran, integritas, komitmen, kedisiplinan, visioner, dan kemandirian.

Lalu dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa? Tentu dari pendidikan informal, dan secara paralel berlanjut pada pendidikan formal dan masyarakat. Tantangan saat ini dan ke depan bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu, kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial, dan budaya bangsa.

Oleh karenanya pendidikan agama dan humaniora di sekolah, yang banyak berbicara soal nilai-nilai spiritualitas, moralitas, nilai-nilai kemanusiaan, harus terus dikembangkan. Sebab, diyakini hal itu akan memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa keharmonisan dan kedamaian merupakan sesuatu yang indah dalam hidup ini.

Namun semangat untuk bekerja keras, disiplin dan visioner juga harus ditekankan. Sebab, semua itu tak bisa dilepaspisahkan untuk mewujudkan Indonesia yang kokoh dalam persatuan dan maju bersama-sama dalam ekonomi.

Untuk itu pendidikan seharusnya dibangun berlandaskan nilai-nilai objektivitas, keilmuan dan kebijaksanaan tanpa mengenyampingkan pendidikan agama dan humaniora.